Serunya Festival Malem Selikuran
Serunya Festival Malem Selikuran Terbaru Saat ini 2024, Malem Selikuran adalah tradisi yang dirayakan pada malam ke-21 bulan Ramadan, menandai dimulainya sepuluh malam terakhir yang diyakini sebagai waktu turunnya Lailatul Qadar. Pada tahun 2024, tradisi ini kembali diselenggarakan dengan meriah di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta.
Sejarah dan Makna Malem Selikuran
Malem Selikuran berasal dari kata “selikur” yang berarti dua puluh satu dalam bahasa Jawa. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan dan upaya mendekatkan diri kepada Tuhan menjelang akhir Ramadan. Masyarakat percaya bahwa pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan, Lailatul Qadar akan turun, membawa berkah dan ampunan. Oleh karena itu, Malem Selikuran menjadi momentum bagi umat Islam untuk meningkatkan ibadah dan refleksi diri.
Perayaan Malem Selikuran di Yogyakarta
Di Yogyakarta, Keraton Yogyakarta menggelar Hajad Dalem Malem Selikuran sebagai bagian dari tradisi kerajaan. Pada tahun 2024, acara ini dilaksanakan pada tanggal 31 Maret, bertepatan dengan malam ke-21 Ramadan. Prosesi dimulai dengan persiapan tumpeng dan sesaji di dalam keraton, diikuti dengan kirab atau arak-arakan yang melibatkan abdi dalem dan masyarakat setempat. Kirab ini biasanya melewati rute tertentu di sekitar keraton, diiringi dengan doa dan lantunan ayat suci Al-Qur’an.
KRATON JOGJA
Perayaan Malem Selikuran di Surakarta
Sementara itu, di Surakarta, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat juga mengadakan perayaan serupa. Pada tahun 2024, acara Malem Selikuran digelar pada tanggal 31 Maret. Salah satu highlight dari perayaan ini adalah Kirab Tumpeng Sewu, di mana seribu tumpeng kecil berisi nasi gurih dan lauk pauk dikirabkan dari keraton menuju Masjid Agung Surakarta. Rute kirab biasanya dimulai dari Keraton Surakarta, melewati Jalan Slamet Riyadi, dan berakhir di Masjid Agung. Setelah prosesi, tumpeng-tumpeng tersebut dibagikan kepada masyarakat sebagai simbol berbagi berkah Ramadan.
TRAVEL KOMPAS
Antusiasme Masyarakat dan Wisatawan
Perayaan Malem Selikuran selalu menarik minat besar dari masyarakat lokal maupun wisatawan. Pada tahun 2024, antusiasme ini semakin meningkat dengan adanya berbagai acara pendukung seperti bazar Ramadan, pertunjukan seni tradisional, dan kegiatan keagamaan yang diselenggarakan di sekitar area keraton dan masjid. Pemerintah daerah bersama dengan komunitas lokal turut serta dalam memastikan kelancaran acara, termasuk pengaturan lalu lintas dan keamanan bagi para pengunjung.
Pelestarian Budaya dan Nilai Religius
Malem Selikuran tidak hanya menjadi ajang perayaan, tetapi juga sarana pelestarian budaya dan nilai-nilai religius. Tradisi ini mengajarkan pentingnya kebersamaan, kepedulian sosial, dan peningkatan spiritualitas di bulan suci Ramadan. Generasi muda diajak untuk turut serta dalam prosesi dan memahami makna di balik setiap ritual yang dilakukan, sehingga warisan budaya ini dapat terus dilestarikan dan diapresiasi oleh generasi mendatang.
Persiapan dan Partisipasi Masyarakat
Menjelang Malem Selikuran, masyarakat setempat biasanya melakukan berbagai persiapan, mulai dari pembuatan tumpeng, dekorasi lingkungan, hingga latihan untuk pertunjukan seni yang akan ditampilkan. Gotong royong menjadi kunci dalam setiap persiapan, mencerminkan semangat kebersamaan yang kuat. Selain itu, partisipasi aktif dari berbagai kalangan, termasuk pemerintah, komunitas seni, dan organisasi keagamaan, memastikan bahwa perayaan berjalan dengan lancar dan meriah.
Inovasi dalam Perayaan Malem Selikuran 2024
Pada tahun 2024, beberapa inovasi diperkenalkan untuk menambah semarak perayaan Malem Selikuran. Penggunaan teknologi digital, seperti live streaming prosesi dan
dokumentasi virtual, memungkinkan masyarakat yang tidak dapat hadir secara langsung untuk tetap merasakan kemeriahan acara. Selain itu, kolaborasi dengan seniman kontemporer menghadirkan pertunjukan yang memadukan unsur tradisional
dan modern, memberikan nuansa baru tanpa menghilangkan esensi dari tradisi tersebut.
Leave a Reply