Festival Perang Topat 2024
Perpaduan Budaya, Festival Perang Topat, yang kembali digelar pada 2024 di Lombok, merupakan salah satu perayaan unik yang memadukan tradisi, sejarah, dan toleransi. Festival ini diadakan di Pura Lingsar, sebuah tempat suci yang menjadi simbol harmoni antara komunitas Hindu Bali dan Muslim Sasak. Dalam festival ini, masyarakat Hindu dan Muslim bersama-sama melempar topat—ketupat kecil yang terbuat dari beras—sebagai simbol rasa syukur dan harapan akan kesuburan serta kemakmuran.
Asal Usul Perang Topat
Perang Topat memiliki akar sejarah yang panjang, bermula sejak dibangunnya Pura Lingsar pada tahun 1759. Pura ini didirikan oleh Raja Anak Agung Ngurah Karangasem dari Bali yang memerintah Lombok kala itu. Menurut tradisi, festival ini diadakan pada bulan ketujuh dalam kalender Sasak, bertepatan dengan bulan purnama. Perang Topat bertujuan untuk memperkuat hubungan antara komunitas Hindu dan Muslim, sekaligus sebagai upacara memohon hujan dan kesuburan.
Proses Ritual dan Perayaan
Perayaan ini dimulai dengan prosesi yang meriah. Wanita mengenakan kebaya berwarna-warni membawa persembahan berupa bunga, buah, dan makanan tradisional dalam bentuk menara warna-warni. Persembahan ini dibawa mengelilingi Kemaliq, sebuah tempat suci Sasak, sebanyak tiga kali sebelum diberkati oleh pendeta.
Setelah ritual keagamaan yang penuh khidmat, acara puncak pun dimulai—Perang Topat. Pada pukul 4 sore, masyarakat berkumpul di halaman Kemaliq, membentuk dua kubu dan mulai saling melempar topat. Tawa dan sorak-sorai memenuhi udara, menciptakan suasana yang penuh kebahagiaan. Meskipun disebut “perang,” festival ini adalah bentuk permainan persahabatan yang diakhiri dengan kebersamaan.
Makna Simbolis dan Keberlanjutan
Masyarakat percaya bahwa topat yang dilempar membawa berkah dan kesuburan. Setelah perang selesai, topat dikumpulkan untuk ditanam di sawah atau digantung di rumah sebagai jimat untuk keberuntungan dan kemakmuran. Selain itu, pada 2024, Festival Perang Topat masuk dalam Kharisma Event Nusantara (KEN), menjadikannya bagian dari kalender event nasional yang dipromosikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Ini diharapkan dapat meningkatkan perhatian terhadap kekayaan budaya Lombok secara nasional maupun internasional.
Festival Toleransi dan Kebersamaan
Perang Topat tidak hanya sekadar festival budaya, tetapi juga simbol toleransi dan persatuan antarumat beragama. Ini menunjukkan bahwa harmoni dapat dirayakan melalui tradisi yang membangun rasa saling menghormati. Festival ini menjadi contoh nyata bagaimana perbedaan keyakinan dapat bersatu dalam semangat persaudaraan dan cinta damai.
Kesimpulan
Perayaan yang menunjukkan kekayaan budaya Indonesia yang tak ternilai. Perpaduan antara ritual keagamaan dan permainan tradisional menciptakan pengalaman yang unik dan tak terlupakan. Dengan pengakuan di tingkat nasional melalui KEN, Perang Topat tidak hanya akan dikenal oleh masyarakat lokal, tetapi juga oleh dunia internasional. Ini adalah bukti bahwa tradisi dapat menjadi jembatan harmoni di tengah keberagaman.
Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat membaca tentang festival ini di situs-situs seperti INSIDELOMBOKs://iTHE LOMBOK GUIDEta/perang-topat-di-lobar-masuk-daftar-ken-kemenparekraf/) dan The Lombok Guide.
Leave a Reply